Jumat, 13 April 2012

sejarah zaman hindu-budha

CANDI BOROBUDUR

Candi borobudur adalah nama sebuah candi Budha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi berada kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.Candi ini didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun 800-an masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Candi Borobudur berbentuk punden berundak-undak raksasa, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa. Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu rendah. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Ruphadatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ke tujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patun
Patung-patung Budha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung tersebut masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibudha. Patung yang diduga berasal dari stupa terbesar ini kini diletakkan dalam sebuah museum arkeologi, beberapa ratus meter dari candi Borobudur. Patung ini dikenal dengan nama unfinished Buddha.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala.


BENTENG SOMBA OPU

A. Selayang Pandang

Benteng Somba Opu dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX yang  bernama Daeng Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada  pertengahan abad ke-16, benteng ini menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan  rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa. Pada tanggal 24 Juni 1669,  benteng ini dikuasai oleh VOC dan kemudian dihancurkan hingga terendam oleh  ombak pasang. Pada tahun 1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah  ilmuan. Pada tahun 1990, bangunan benteng yang sudah rusak direkonstruksi  sehingga tampak lebih indah. Kini, Benteng Somba Opu menjadi sebuah obyek  wisata yang sangat menarik, yaitu sebagai sebuah museum bersejarah.

B. Keistimewaan

Benteng Somba Opu dibangun dari tanah liat dan putih  telur sebagai pengganti semen. Secara arsitekturial, benteng ini berbentuk  persegi empat, dengan panjang sekitar 2 kilometer, tinggi 7 hingga 8 meter, dan  luasnya sekitar 1.500 hektar. Seluruh bangunan benteng dipagari dengan dinding  yang cukup tebal. Di dalam benteng, terdapat beberapa bangunan rumah adat  Sulawesi Selatan (yang mewakili suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Kajang),  sebuah meriam bernama “Baluwara Agung” sepanjang 9 meter dengan berat 9.500 kg,  dan sebuah museum yang berisi benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan  Gowa. Dengan mengunjungi benteng ini para pengunjung dapat memperoleh sejumlah  informasi mengenai sejarah dan kebudayaan dari berbagai suku-bangsa yang ada di  Sulawesi Selatan.

C. Lokasi

Benteng ini terletak di Jalan Daeng Tata, Kota  Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

D. Akses

Benteng Somba Opu berjarak 25 km dari Kota Makassar.  Dari arah Jl. Cendrawasih (sebagai pusat Kota Makassar), perjalanan dapat  ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan  umum berupa taksi, ojek, dan pete-pete (mobil mikrolet). Ongkos naik  taksi sekitar Rp.25.000,-, sedangkan pete-pete dan ojek sekitar Rp.  7.000,-.

E. Harga Tiket

(masih dalam proses konfirmasi)

F. Akomodasi dan Fasilitas

Di komplek Benteng Somba Opu tersedia pelayanan guide yang akan membantu para wisatawan yang ingin mengetahui tentang segala sesuatu  yang berkaitan dengan benteng ini.
(Samsuni/wm/04/01-08)